Kamis, 12 April 2012

Mengenali Pola Pikir Manusia




Lazimnya orang hidup (yang normal) akan selalu berhadapan dengan apa yang dinamakan masalah. Sejak bangun dari tidur sesungguhnya kita sudah berhadapan dengan masalah, baik masalah intern maupun masalah sosial yang melibatkan orang lain atau saling berinteraksi maka masalah yang dihadapi semakin bertambah rumit, kompleks dan memerlukan suatu pemikiran untuk memecahkannya.
Berbagai cara telah dilakukan oleh manusia untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Dan setiap orang maupun kelompok berusaha dapat memecahkan melalui pola berpikir yang dianggapnya cocok atau sesuai. Kita mestinya berterimakasih kepada-Nya telah dikaruniai akal atau otak agar berfungsi dan dioptimalkan ketika menghadapi masalah yang selalu ada dalam kehidupan ini. Semuanya akan selalu berkembang seirama dengan peradaban serta lingkungan yang banyak mempengaruhinya.
Sejak mengenyam bangku sekolahan sesungguhnya kita telah diajarkan oleh sang guru untuk mengahadapi masalah yang diwujudkan dalam mata pelajaran yaitu bagaimana cara kita membahas suatu masalah guna memperoleh kesimpulan yang dapat diterima kebenarannya. Tentu saja hal ini merupakan bekal yang tinggi nilainya, tak bisa ditebus dengan harta benda apa pun bentuknya. Ditambah lagi dengan bekal pengalaman proses pengembangan diri dalam menuntut ilmu pengetahuan pada level lebih lanjut maka telah menjadikan seseorang semakin dewasa dalam berpikir untuk mengatasi masalah.
Walaupun dalam realitasnya, tidak semua orang yang pernah mengenyam sekolah itu konsisten dengan ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh. Bisa dan boleh saja memilih cara atau mungkin langkah yang menurutnya lebih baik sehingga menjadikan pola berpikir untuk memecahkan masalah yang dihadapi semakin bervariasi. Berpikir untuk memecahkan masalah merupakan bagian dari hak otonom setiap manusia sehingga menurutku hal demikian dapat menambah referensi dan keanekaragaman pola berpikir manusia dalam kehidupan di dunia yang fana ini.
Tentu saja semua itu cukup menarik untuk diamati sekalian dicermati sejauhmana seseorang melakukan segala aktivitasnya dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang dihadapi. Dari beberapa pengalaman selama ini, beberapa pola pikir manusia dapat dirangkum dan masing-masing dapat diketahui seperti di bawah ini:
Pola Pikir Kharismatik
Suatu pola pikir di dalam memecahkan masalah yang dihadapi dengan menggunakan proses penyelesaian masalah didasarkan otoritas atau kewibawaan. Otoritas atau kewibawaan menjadi pokok penentu dalam pengambilan keputusan.
Bagi orang yang memiliki kewibawaan tinggi, misalnya tokoh masyarakat formal atau non-formal (yang disegani) dianggap paling mampu untuk menyelesaikan setiap masalah - sehingga sebagian besar orang akan tunduk pada keputusan yang diambil olehnya. Sering pula beberapa kalangan menyebutnya ini sebagai pola pikir kharismatik, dalam artian bahwa setiap masalah, apalagi masalah rumit dan berkait kebijakan menyangkut kepentingan masyarakat luas - maka apa yang dikatakan tokoh itu dianggapnya yang paling benar.
Pola Pikir Tenasitas
Tenasitas dapat diartikan sebagai kebiasaan. Berpola pikir tenasitas merupakan cara berpikir manusia dalam memecahkan masalah selalu mendasarkan pada kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat atau tradisi. Misalnya saja ditemui pada beberapa kalangan jika mendirikan bangunan, jembatan-jembatan dengan menggunakan sesaji, dilengkapi ubo rampe dan sebagainya. Hal ini dilakukan sebagai simbol kebudayaan di lingkungan setempat/terbatas.
Tentu saja pola pikir ini banyak diwarnai oleh kebiasaan-kebiasaan atau kultur yang sangat kuat dan sarat dengan simbol-simbol penuh makna tertentu yang telah dilakukan secara turun temurun. Dengan melakukan kebiasaan ini tentunya banyak makna yang terkandung dan dapat menambah keyakinan sehingga dalam melangsungkan rangkaian aktivitas kehidupan yang penuh dengan masalah - diharapkan dapat berlangsung aman dan lancar.
Pola Pikir Perasaan
Diartikan bahwa manusia didalam memecahkan masalah berdasarkan pada perasaan semata-mata, sehingga cara pengambilan keputusan sangat dipengaruhi oleh subyek pelakunya. Perasaan-perasaan itu selalu muncul pada setiap masalah yang dihadapi. Misalnya, perasaan seseorang dalam proses mengambil keputusan atau menyelesaikan masalah mendominasi dan selalu berperan di dalam perilakunya. Atau dalam kata lain, perasaan di sini banyak turut ambil bagian. Perasaan pada tulisan ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu perasaan dalam artian intuisi dan perasaan dalam artian emosi.
Pola pikir berdasarkan intuisi sesungguhnya banyak ditemui. Pola pikir ini tidak bisaburu-buru dikatakan negatif. Namun kalau disebutkan cenderung subyektif dalam proses pengambilan keputusan, jawabnya: mungkin iya. Tingkatan intuisi seseorang tidak selalu sama dalam memecahkan setiap masalah yang dihadapi, berdasarkan kata hati bisa saja diterima kebenarannya, walaupun masih perlu pengujian lebih lanjut. Karenanya keputusan yang diambil biasanya tergantung pada ketajaman intuisi pelakunya.
Pola pikir perasaan dalam artian emosi juga tak kalah pentingnya dicermati. Misalnya, dalam rapat, diskusi (termasuk di ruang publik virtual), seminar, pertemuan antarkelompok, organisasi politik, kampanye-kampanye partai dan sebagainya. Seringkali perasaan (emosi) lebih mengemuka dan bermunculan, biasanya ini terjadi karena “benturan atau persaingan kepentingan” yang tidak sehat, tidak saling toleransi atau tidak menerima pendapat maupun pemikiran orang lain.
Pola Pikir Mencoba-coba
Dimaksudkan sebagai pola pikir manusia ketika menghadapi masalah dengan cara “coba-coba tapi tidak pasti” atau dalam bahasa sono-nya disebut trial and error. Dalampola pikir ini manusia selalu menyoba-nyoba tanpa adanya kepastian dalam menyelesaikan masalah. Ambil contoh yang paling gampang: Ketika si Badu mengalami kerusakan radio kesayangannya - ia pun tak ambil pusing untuk memeriksa apa penyebab kerusakan radio tersebut. Langsung saja ia memukul-mukul secara pelan (diketuk-ketuk) radionya dengan harapan “berbunyi” kembali. Contoh lain dapat dianalogikan begini: kalau kita melihat burung di dalam sangkar, ketika ia hendak keluar selalu tubruk sana - tubruk sini tak tentu arah di dalam sangkarnya, namun tak juga bisa lepas karena tidak mengetahui cara yang benar untuk membuka pintu sangkarnya.
Ditemui pula pola pikir manusia yang terbiasa “coba-coba tapi tidak ada kepastian” seperti yang telah digambarkan di atas. Alhasil, apa yang dilakukan dalam memecahkan masalah - cenderung berspekulasi (gambling), sering keliru atau pun kalau masalahnya dapat selesai karena faktor kebetulan saja. Blessing in disguise, kira-kiranya begitu.
Pola Pikir Ilmiah
Proses berpikir manusia didasarkan pada cara yang rasional dalam mencari kebenaran atau pemecahan masalah. Penyelesaian masalah bersifat ilmiah. Pada proses berpikir ini biasa dilakukan pengamatan terhadap gejala peristiwa terlebih dahulu. Kemudian dirumuskan masalah yang akan dibahas. Berpikir ilmiah merupakan proses berpikir manusia untuk memperoleh kesimpulan, keputusan, atau kebenaran selalu menggunakan logika dan dilakukan secara sistematis, metodologis, bisa diuji dan dibuktikan kebenarannya oleh orang lain (universal). Sedangkan pelakunya disebut ilmuwan (scientist).
Ilmuwan biasanya bersikap independen, selalu terbuka, demokratis, semua pendapat dihargai. Apabila keputusan atau kesimpulan yang telah dilakukan ternyata salah - maka seorang ilmuwan mengakuinya. Kemudian tertantang untuk mencari cara pemecahan masalah melalui metode yang tepat/sesuai - sehingga diperoleh kesimpulan atau kebenaran (scientific truth). Pada prinsipnya, dalam pola pikir ilmiah dimulai perumusan masalah, pengajuan hipotesis atau asumsi, pengumpulan data, melakukan analisis data, kemudian menarik kesimpulan/konklusi guna mendapatkan kebenaran berupa hasil pemecahan masalah. Perlu ditambahkan bahwa proses berpikir ilmiah membutuhkan waktu relatif lama dan cermat, akan tetapi tingkat kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan.
Demikian selintas tulisan mengenali pola pikir manusia dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis tak hendak menyebutkan pola pikir mana yang lebih tinggi dalam menilai berbagai pola pikir di atas. Setidaknya, itulah gambaran pola pikir manusia yang dapat dikemukakan. Tidak menutup kemungkinan tulisan ini dapat dikembangkan melalui diskusi lebih lanjut. Semoga dapat menambah pengayaan pengetahuan kita bersama. Salam kompasiana.com