Sabtu, 29 Agustus 2015

Sudah lama tidak menulis

Bukan sekuntum bunga jika tidak kamu petik
Bukan pula luka jika tidak disayat
Walau kamu manis sayang kamu belum terpetik
Walau kamu menahan luka itu...Lebih baik kamu sayat

Tidak perlu kamu menangis
Tidak ada yang melihat
Kamu hanya perlu bahagia
Pasti semua melihat

Jika hanya pujian yang engkau cari
Jika bukan uang apa lagi
Apa lah itu semua hanya sesaat
Lebih baik engkau berbuat dari pada mencari

Jika 1 adalah 2 menjadi 3
Lebih baik 10 dibagi 2 menjadi 5
Sendiri hanya menghasilkan 2 sampai 3
10 dapat menghasilkan 2 sampai 5

Jumat, 10 April 2015

Pergi ke kota lain

Pikiran kosong dan hampa
Berjalan pun tidak melihat langkah
Hanya melihat titik di depan
Titik bercahaya merah

Walaupun sudah berkotak - kotak
Namun belum sesuai harapan
Kotak itu belum juga terisi penuh
Semua belum sempurna itulah manusia

Jauh dari sahabat
Sedikit mengganggu pikiran
Terlalu dekat dengan musuh
Hanya membuat perseteruan

Pergi itu adalah pilihan
Dari pada mendengar suara - suara kebencian
Pergi kekota lain sudah pasti
Dari pada dekat kota dimana ku bersandar

Senin, 05 Januari 2015

Si kucing ikan dan Sitikus keju



Si kucing hidupnya begitu bahagia

Setiap hari diberikan makanan enak


Tulang lezat besert susu lezat, tetapi


Si kucing belum kenyang juga


 


Sikucing “meong meong” suaranya


Simajikan berikan ikan segar


Sikucing kegirangan dan lahap memakannya


Tidak begitu lama sikucing menelan tulang keras


Tersangkut dilehernya


 


Lalu iya mati meregang nyawa


Sitikus langsung keluar sarang


Iya tertawa terbahak bahak


Sitikus hidupnya di daerah kotor selokan yang gelap


Iya suka dengan makanan keju


Karena sikucing tidak ada lagi


 


Iya puas memakan apa saja


Terus dan terus dengan serakahnya tanpa henti


Tanpa disadari iya terperangkap dan terjepit lehernya


Lalu mati dengan cepat

Kamis, 19 Juli 2012

Upah Minimum Regional (UMR)

Upah Minimum Regional (UMR)?
upah><gaji><intensif?

Gaji (Pegawai Terikan Management)
adalah imbalan finansial yang di bayarkan kepada karyawan secara teratur,
seperti tahun, caturwulan, bulanan atau mingguan.

Upah (Kontrak/Outsourcing/buruh)
adalah imbalan finansial yang di bayarkan kepada pekerja berdasarkan jam kerja,
jumlah barang yang di hasilkan atau banyaknya pelayanan yang di berikan.

Insentif(Pegawai Terikat Management)>Bonus
adalah imbalan langsung yang di bayarkan kepada karyawan karena kinerja 
melebihi standart yang ditentukan.

dari pertanyaan, dan penjelasan tentang gaji,upah dan intensif...dapat di tarik sebuah
pokok masalah.... berada dimanakah perhitungan gaji yang sangat selisih jauh.
dimana terlihat pemerintah tidak memperhatikan orang-orang diluar management.
padahal orang-orang diluar management juga memberikan kontribusi yang cukup banyak.

mari kita buat perhitungan dengan melihat biaya hidup tahun 2012 dalam 1 bulan untuk 1 lajang

1.Makan 3 kali 1 hari "MENU SEHAT" = Nasi 1+1 Ikan Kakap 1 
= Rp 13.000 X 3 = Rp. 39.000 (1 bulan X30 = Rp 1.170.000

Biaya transportasi 1 hari (jarak tempuh kota) 3X naik angkutan umum pergi 3X naik angkutan umum pulang = Rp. 20.000 (1 bulan X30 = Rp 600.000

Biaya sekolah SMU "Sekolah dengan nilai Badan Akreditasi Nasional Sekolah B+"
Biaya sekolah bulanan
=Rp. 2.000.000

Biaya Buku bacaan untuk Menambah Ilmu Pengetahuan
=Rp. 500.000

Sewa KOS Ukuran Anak SMU/Mahasiswa "Kondisi Layak Huni tidak minim Udara dan nyaman"
=Rp. 500.000

Belanja perlengkapan hidup 1 bulan (odol,sikatgigi,sabun,sampo,minyak wangi,baju,
celana,sepatu,sandal Dll)
=Rp.2.000.000 

Biaya lain-lain(Jalan/Liburan)
=Rp. 1.800.000

Total Biaya Hidup adalah Rp. 8.570.000
Maka dapat di Asumsikan UMR dapat diberikan dengan nilai Rp. 4.285.000

Bagaimana perhitungan UMR sebenarnya? dilihat dari mana perhitungan UMR sekarang ini...
apa hanya UNTUK MAKAN? Apa tidak perlu Orang tersebut berpendidikan dan mendapatkan 
liburan layak sehingga UMR hanya sebatas cukup MAKAN?

Rabu, 23 Mei 2012

Pancasila



Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta:pañca berarti lima dan Å›Ä«la berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.
Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila

  • Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29 Mei 1945Yaminmerumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Dia menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di IndonesiaMohammad Hatta dalam memoarnya meragukan pidato Yamin tersebut.[1]
  • Panca Sila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945 dalam pidato spontannya yang kemudian dikenal dengan judul "Lahirnya Pancasila". Sukarno mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut: Kebangsaan; Internasionalisme; Mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan; Kesejahteraan; Ketuhanan. Nama Pancasila itu diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni itu, katanya:
Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa - namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.
Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa dokumen penetapannya ialah :

[sunting]Hari Kesaktian Pancasila

Pada tanggal 30 September 1965, adalah awal dari Gerakan 30 September (G30SPKI). Pemberontakan ini merupakan wujud usaha mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis. Hari itu, enam Jendral dan berberapa orang lainnya dibunuh sebagai upaya kudeta. Namun berkat kesadaran untuk mempertahankan Pancasila maka upaya tersebut mengalami kegagalan. Maka 30 Septemberdiperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September G30S-PKI dan tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila, memperingati bahwa dasar Indonesia, Pancasila, adalah sakti, tak tergantikan.

[sunting]Butir-butir pengamalan Pancasila [2]

Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan kelima asas dalam Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila.
36 BUTIR-BUTIR PANCASILA/EKA PRASETIA PANCA KARSA
A. SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA
  1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
  2. Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
  3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
  4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
B. SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
  1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.
  2. Saling mencintai sesama manusia.
  3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
  4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
  5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
  6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
  7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
  8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
C. SILA PERSATUAN INDONESIA
  1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
  2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
  3. Cinta Tanah Air dan Bangsa.
  4. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.
  5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
D. SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN
  1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
  2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
  3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
  4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.
  5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah.
  6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
  7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
E. SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
  1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong.
  2. Bersikap adil.
  3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
  4. Menghormati hak-hak orang lain.
  5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
  6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
  7. Tidak bersifat boros.
  8. Tidak bergaya hidup mewah.
  9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
  10. Suka bekerja keras.
  11. Menghargai hasil karya orang lain.
  12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Ketetapan ini kemudian dicabut dengan Tap MPR no. I/MPR/2003 dengan 45 butir Pancasila. Tidak pernah dipublikasikan kajian mengenai apakah butir-butir ini benar-benar diamalkan dalam keseharian warga Indonesia.

[sunting]Sila pertama


Bintang.
  1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
  3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
  4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
  5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
  6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
  7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

[sunting]Sila kedua


Rantai.
  1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
  3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
  4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
  5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
  6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
  7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
  8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
  9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
  10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

[sunting]Sila ketiga


Pohon Beringin.
  1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
  2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
  3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
  4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
  5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
  6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
  7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

[sunting]Sila keempat


Kepala Banteng
  1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
  2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
  3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
  4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
  5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
  6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
  7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
  8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
  9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
  10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.

[sunting]Sila kelima


Padi Dan Kapas.
  1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
  2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
  3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
  4. Menghormati hak orang lain.
  5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
  6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
  7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
  8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
  9. Suka bekerja keras.
  10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
  11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Kamis, 12 April 2012

Mengenali Pola Pikir Manusia




Lazimnya orang hidup (yang normal) akan selalu berhadapan dengan apa yang dinamakan masalah. Sejak bangun dari tidur sesungguhnya kita sudah berhadapan dengan masalah, baik masalah intern maupun masalah sosial yang melibatkan orang lain atau saling berinteraksi maka masalah yang dihadapi semakin bertambah rumit, kompleks dan memerlukan suatu pemikiran untuk memecahkannya.
Berbagai cara telah dilakukan oleh manusia untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Dan setiap orang maupun kelompok berusaha dapat memecahkan melalui pola berpikir yang dianggapnya cocok atau sesuai. Kita mestinya berterimakasih kepada-Nya telah dikaruniai akal atau otak agar berfungsi dan dioptimalkan ketika menghadapi masalah yang selalu ada dalam kehidupan ini. Semuanya akan selalu berkembang seirama dengan peradaban serta lingkungan yang banyak mempengaruhinya.
Sejak mengenyam bangku sekolahan sesungguhnya kita telah diajarkan oleh sang guru untuk mengahadapi masalah yang diwujudkan dalam mata pelajaran yaitu bagaimana cara kita membahas suatu masalah guna memperoleh kesimpulan yang dapat diterima kebenarannya. Tentu saja hal ini merupakan bekal yang tinggi nilainya, tak bisa ditebus dengan harta benda apa pun bentuknya. Ditambah lagi dengan bekal pengalaman proses pengembangan diri dalam menuntut ilmu pengetahuan pada level lebih lanjut maka telah menjadikan seseorang semakin dewasa dalam berpikir untuk mengatasi masalah.
Walaupun dalam realitasnya, tidak semua orang yang pernah mengenyam sekolah itu konsisten dengan ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh. Bisa dan boleh saja memilih cara atau mungkin langkah yang menurutnya lebih baik sehingga menjadikan pola berpikir untuk memecahkan masalah yang dihadapi semakin bervariasi. Berpikir untuk memecahkan masalah merupakan bagian dari hak otonom setiap manusia sehingga menurutku hal demikian dapat menambah referensi dan keanekaragaman pola berpikir manusia dalam kehidupan di dunia yang fana ini.
Tentu saja semua itu cukup menarik untuk diamati sekalian dicermati sejauhmana seseorang melakukan segala aktivitasnya dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang dihadapi. Dari beberapa pengalaman selama ini, beberapa pola pikir manusia dapat dirangkum dan masing-masing dapat diketahui seperti di bawah ini:
Pola Pikir Kharismatik
Suatu pola pikir di dalam memecahkan masalah yang dihadapi dengan menggunakan proses penyelesaian masalah didasarkan otoritas atau kewibawaan. Otoritas atau kewibawaan menjadi pokok penentu dalam pengambilan keputusan.
Bagi orang yang memiliki kewibawaan tinggi, misalnya tokoh masyarakat formal atau non-formal (yang disegani) dianggap paling mampu untuk menyelesaikan setiap masalah - sehingga sebagian besar orang akan tunduk pada keputusan yang diambil olehnya. Sering pula beberapa kalangan menyebutnya ini sebagai pola pikir kharismatik, dalam artian bahwa setiap masalah, apalagi masalah rumit dan berkait kebijakan menyangkut kepentingan masyarakat luas - maka apa yang dikatakan tokoh itu dianggapnya yang paling benar.
Pola Pikir Tenasitas
Tenasitas dapat diartikan sebagai kebiasaan. Berpola pikir tenasitas merupakan cara berpikir manusia dalam memecahkan masalah selalu mendasarkan pada kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat atau tradisi. Misalnya saja ditemui pada beberapa kalangan jika mendirikan bangunan, jembatan-jembatan dengan menggunakan sesaji, dilengkapi ubo rampe dan sebagainya. Hal ini dilakukan sebagai simbol kebudayaan di lingkungan setempat/terbatas.
Tentu saja pola pikir ini banyak diwarnai oleh kebiasaan-kebiasaan atau kultur yang sangat kuat dan sarat dengan simbol-simbol penuh makna tertentu yang telah dilakukan secara turun temurun. Dengan melakukan kebiasaan ini tentunya banyak makna yang terkandung dan dapat menambah keyakinan sehingga dalam melangsungkan rangkaian aktivitas kehidupan yang penuh dengan masalah - diharapkan dapat berlangsung aman dan lancar.
Pola Pikir Perasaan
Diartikan bahwa manusia didalam memecahkan masalah berdasarkan pada perasaan semata-mata, sehingga cara pengambilan keputusan sangat dipengaruhi oleh subyek pelakunya. Perasaan-perasaan itu selalu muncul pada setiap masalah yang dihadapi. Misalnya, perasaan seseorang dalam proses mengambil keputusan atau menyelesaikan masalah mendominasi dan selalu berperan di dalam perilakunya. Atau dalam kata lain, perasaan di sini banyak turut ambil bagian. Perasaan pada tulisan ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu perasaan dalam artian intuisi dan perasaan dalam artian emosi.
Pola pikir berdasarkan intuisi sesungguhnya banyak ditemui. Pola pikir ini tidak bisaburu-buru dikatakan negatif. Namun kalau disebutkan cenderung subyektif dalam proses pengambilan keputusan, jawabnya: mungkin iya. Tingkatan intuisi seseorang tidak selalu sama dalam memecahkan setiap masalah yang dihadapi, berdasarkan kata hati bisa saja diterima kebenarannya, walaupun masih perlu pengujian lebih lanjut. Karenanya keputusan yang diambil biasanya tergantung pada ketajaman intuisi pelakunya.
Pola pikir perasaan dalam artian emosi juga tak kalah pentingnya dicermati. Misalnya, dalam rapat, diskusi (termasuk di ruang publik virtual), seminar, pertemuan antarkelompok, organisasi politik, kampanye-kampanye partai dan sebagainya. Seringkali perasaan (emosi) lebih mengemuka dan bermunculan, biasanya ini terjadi karena “benturan atau persaingan kepentingan” yang tidak sehat, tidak saling toleransi atau tidak menerima pendapat maupun pemikiran orang lain.
Pola Pikir Mencoba-coba
Dimaksudkan sebagai pola pikir manusia ketika menghadapi masalah dengan cara “coba-coba tapi tidak pasti” atau dalam bahasa sono-nya disebut trial and error. Dalampola pikir ini manusia selalu menyoba-nyoba tanpa adanya kepastian dalam menyelesaikan masalah. Ambil contoh yang paling gampang: Ketika si Badu mengalami kerusakan radio kesayangannya - ia pun tak ambil pusing untuk memeriksa apa penyebab kerusakan radio tersebut. Langsung saja ia memukul-mukul secara pelan (diketuk-ketuk) radionya dengan harapan “berbunyi” kembali. Contoh lain dapat dianalogikan begini: kalau kita melihat burung di dalam sangkar, ketika ia hendak keluar selalu tubruk sana - tubruk sini tak tentu arah di dalam sangkarnya, namun tak juga bisa lepas karena tidak mengetahui cara yang benar untuk membuka pintu sangkarnya.
Ditemui pula pola pikir manusia yang terbiasa “coba-coba tapi tidak ada kepastian” seperti yang telah digambarkan di atas. Alhasil, apa yang dilakukan dalam memecahkan masalah - cenderung berspekulasi (gambling), sering keliru atau pun kalau masalahnya dapat selesai karena faktor kebetulan saja. Blessing in disguise, kira-kiranya begitu.
Pola Pikir Ilmiah
Proses berpikir manusia didasarkan pada cara yang rasional dalam mencari kebenaran atau pemecahan masalah. Penyelesaian masalah bersifat ilmiah. Pada proses berpikir ini biasa dilakukan pengamatan terhadap gejala peristiwa terlebih dahulu. Kemudian dirumuskan masalah yang akan dibahas. Berpikir ilmiah merupakan proses berpikir manusia untuk memperoleh kesimpulan, keputusan, atau kebenaran selalu menggunakan logika dan dilakukan secara sistematis, metodologis, bisa diuji dan dibuktikan kebenarannya oleh orang lain (universal). Sedangkan pelakunya disebut ilmuwan (scientist).
Ilmuwan biasanya bersikap independen, selalu terbuka, demokratis, semua pendapat dihargai. Apabila keputusan atau kesimpulan yang telah dilakukan ternyata salah - maka seorang ilmuwan mengakuinya. Kemudian tertantang untuk mencari cara pemecahan masalah melalui metode yang tepat/sesuai - sehingga diperoleh kesimpulan atau kebenaran (scientific truth). Pada prinsipnya, dalam pola pikir ilmiah dimulai perumusan masalah, pengajuan hipotesis atau asumsi, pengumpulan data, melakukan analisis data, kemudian menarik kesimpulan/konklusi guna mendapatkan kebenaran berupa hasil pemecahan masalah. Perlu ditambahkan bahwa proses berpikir ilmiah membutuhkan waktu relatif lama dan cermat, akan tetapi tingkat kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan.
Demikian selintas tulisan mengenali pola pikir manusia dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis tak hendak menyebutkan pola pikir mana yang lebih tinggi dalam menilai berbagai pola pikir di atas. Setidaknya, itulah gambaran pola pikir manusia yang dapat dikemukakan. Tidak menutup kemungkinan tulisan ini dapat dikembangkan melalui diskusi lebih lanjut. Semoga dapat menambah pengayaan pengetahuan kita bersama. Salam kompasiana.com

Minggu, 29 Januari 2012

Doughlas Maloch Dalam Puisinya:

Bila tak mungkin jadi pohon pinus di puncak bukit,
jadilah sebatang perdu di lembah, tetapi perdu ter-
baik di tepi anak sungai.
Jadilah pohon semak belukar, bila tak mungkin jadi
pohon yang tinggi.
Bila tak mungkin jadi pohon kecil di tengah taman,
Jadilah sekedar rumput di tepi jalan,
Yang dapat menyegarkan pandangan mata orang.